PROSES PENGELOLAAN USAHA
Sebelum melakukan penanaman, hal-hal yang menunjang budidaya jamur
tiram harus sudah tersedia, diantaranya rumah kumbung baglog, rak baglog, bibit jamur tiram, dan peralatan
budidaya. Usahakan budidaya jamur tiram menggunakan bibit dapat dibeli dari
petani lain atau sedangkan Peralatan
budidaya jamur tiram cukup sederhana, harga terjangkau, bahkan kita bisa
memanfaatkan peralatan dapur.
Untuk mengoptimalkan hasil dalam usaha budidaya jamur tiram di
dataran rendah dapat dilakukan dengan modifikasi terhadap bahan media dan
takarannya, yakni dengan menambah atau mengurangi takaran tiap-tiap bahan dari
standar umumnya. Dalam usaha skala kecil, eksperimen dalam menentukan takaran
bahan media merupakan hal yang sangat penting guna memperoleh takaran yang pas.
Hal ini mengingat jamur yang dibudidayakan di lingkungan tumbuh berbeda tentu
membutuhkan nutrisi dan media yang berbeda pula tergantung pada kondisi
lingkungan setempat. Hingga saat ini belum ada standar komposisi media untuk
budidaya jamur tiram di dataran rendah, sehingga petani memodifikasi media dan
lingkungan berdasarkan pengalaman dan kondisi masing-masing.
Media tanam jamur Tiram
1.
Serbuk gergaji
berfungsi sebagai penyedia nutrisi bagi jamur. Kayu yang digunakan sebaiknya jenis
kayu yang tidak mengandung minyak atau menggunakan kayu yang baik , serbuk gergaji kayu jenis ini sangat
berpotensi dalam meningkatkan hasil panen jamur tiram. Hal ini karena
kayu keras banyak mengandung selulosa yang dibutuhkan oleh jamur. Jenis-jenis
kayu keras yang bisa digunakan sebagai media tanam jamur tiram antara lain
sengon, kayu albasiah atau kayu racuk. Untuk mendapatkan serbuk kayu
pembudidaya harus memperolehnya ditempat penggergajian kayu. Sebelum digunakan
sebagai media biasanya sebuk kayu harus dikompos terlebih dahulu agar bisa
terurai menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga mudah dicerna oleh jamur.
Proses pengomposan serbuk kayu dilakukan dengan cara menutupnya menggunakan
plastik atau terpal selama 1-2 hari. Pengomposan berlangsung dengan baik jika
terjadi kenaikan suhu sekitar 50 derajat C.
2.
Dedak/bekatul dan
tepung jagung berfungsi sebagai substrat dan penghasil kalori untuk pertumbuhan
jamur. Sebelum membeli dedak dan tepung jagung, sebaiknya pastikan dahulu
bahan-bahan tersebut masih baru. Jika memakai bahan yang sudah lama
dikhawatirkan sudah terjadi fermentasi yang dapat berakibat pada tumbuhnya
jenis jamur yang tidak dikehendaki. Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan
dedak maupun tepung jagung memberikan kualitas hasil jamur yang sama karena
kandungan nutrisi kedua bahan tersebut mirip. Namun, penggunaan dedak dianggap
lebih efisien karena bisa memangkas biaya dan cenderung mudah dicari karena
banyak dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
3.
Kapur (CaCo3)
berfungsi sebagai sumber mineral dan pengatur pH. Kandungan Ca dalam kapur
dapat menetralisir asam yang dikeluarkan meselium jamur yang juga bisa
menyebabkan pH media menjadi rendah.
4.
Plastik PE merupakan wadahatau tempat yang digunakan untuk meletakkan campuran media
adalah kantong plastik bening tahan panas (PE 0,003- 0,005) berukuran 17 cm x 35
cm. atau 18cm x 35 cm
Komposisi Bahan Media Semai
Komposisi media semai adalah serbuk gergaji 100 kg; Dedak halus
atau bekatul 10 kg; Tepung jagung 5 kg,
dan kapur (CaCo3) 2,5-3 kg dan untuk penggunaan air 50-60% . Ada dua hal yang
harus diperhatikan sebelum melakukan penanaman bibit jamur, yaitu sterilisasi
bahan dan sterilisasi baglog.
Sterilisasi bahan
Setelah bahan di komposisi di campurkan dan di aduk rata menjadi
satu dilakukan pengomposan yang membutuhkan waktu 1 hr s/d 3 hr. hal ini
dilakukan untuk memfermentasikan pengomposan menjadi rata dan akan
mempermudahkan pertumbuhan miselium jamur.
Sterilisasi Baglog
Setelah bahan di kompos
bahan media tanam tadi sudah dapat dilakukan pengemasan mediat tanan
atau dengan istilan mebuat Badlog sampai media tanah habis, setelah badlog siap
selanjutnya dilakukan Sterilisasi baglog dilakukan dengan cara memasukkan
baglog ke dalam steamer dengan suhu 100-121 derajat C selama 10 s/d 12 jam bahkan lebih .
Untuk mengganti penggunaan autoclave atau streamer, dapat menggunakan drum
dengan kapasitas besar atau mampu menampung sekitar 280 baglog dan dipanasi di
atas tungku gas atau dapat juga
menggunakan kayu bakar .
Setelah proses sterilisasi selesai, baglog kemudian didinginkan,
atau dapat di buka ke esokan harinya untuk mengeluarkan badlog dan didinginkan
kurang lebih 3 – 5 jam dan membiarkan suhunya turun sedikit demi sedikit.
Setelah proses pendinginan, baru kemudian dilakukan penanaman bibit jamur.
PENANAMAN DAN PEMELIHARAAN JAMUR TIRAM
Salah satu penentu keberhasilan budidaya jamur tiram adalah
kebersihan dalam melakukan proses budidayanya, baik kebersihan tempat, alat,
maupun pekerjanya. Hal ini karena kebersihan adalah hal yang mutlak harus
dipenuhi. Untuk itu, tempat untuk penanaman sebaiknya harus dibersihkan dahulu
di pel dan disapu, lantai dan dindingnya
dibersihkan menggunakan disinfektan. Alat yang digunakan untuk menanam juga
harus disterilisasi menggunakan alkohol dan dipanaskan di atas api pusen. Selain
itu, selama melakukan penanaman para pekerja juga idealnya menggunakan masker.
Hal ini bertujuan untuk memperkecil terjadinya kontaminasi.
Dalam budidaya jamur tiram hal yang juga harus diperhatikan adalah
menjaga suhu dan kelembaban ruang agar tetap pada standar yang dibutuhkan. Jika
cuaca lebih kering, panas, atau berangin, tentu akan mempengaruhi suhu dan
kelembaban dalam kumbung sehingga air cepat menguap. Bila demikian, sebaiknya
frekuensi penyiraman ditingkatkan. Jika suhu terlalu tinggi dan kelembaban
kurang, bisa membuat tubuh jamur sulit tumbuh atau bahkan tidak tumbuh. Oleh
karena itu, atur juga sirkulasi udara di dalam kumbung agar jamur tidak cepat
layu dan mati. Pengaturan sirkulasi dapat dilakukan dengan cara menutup
sebagian lubang sirkulasi ketika angin sedang kencang. Sirkulasi dapat dibuka
semua ketika angin sedang dalam kecepatan normal. Namun, yang terpenting adalah
jangan sampai jamur kekurangan udara segar.
PENGENDALIAN
HAMA PENYAKIT PADA BUDIDAYA JAMUR TIRAM
Selain pemeliharaan baglog, dalam budidaya jamur tiram juga
perlu dilakukan perawatan untuk mencegah atau mengendalikan hama dan penyakit
yang mungkin bisa menyerang jamur tiram. Hama dan penyakit yang menyerang jamur
tiram tentu dipengaruhi oleh keadaan lingkungan maupun jamur itu sendiri.
Sehingga antara tempat budidaya yang satu dan yang lain, serangan hama penyakit
kemungkinan dapat berbeda-beda.
HAMA
PENYAKIT JAMUR TIRAM
Ulat
Ulat merupakan hama yang paling banyak ditemui dalam budidaya
jamur tiram. Ada tiga faktor penyebab kemunculan hama ini yaitu faktor
kelembaban, kotoran dari sisa pangkal/bonggol atau tangkai jamur dan jamur yang
tidak terpanen, serta lingkungan yang tida bersih.
Hama ulat
muncul ketika kelembaban udara berlebihan. Oleh sebab itu, hama ulat sering
dijumpai ketika musim hujan. Pencegahan menjadi solusi terbaik untuk mengatasi
hama ini adalah dengan mengatur sirkulasi udara. Caranya dengan membuka lubang
sirkulasi dan untuk sementara proses penyiraman kekumbung dihentikan.
Pangkal jamur yang tertinggal di baglog saat pemanenan dapat
menimbulkan binatang kecil seperti kepik. Kepik inilah yang menjadi penyebab
munculnya hama ulat. Sementara jamur yang tidak terpanen kemungkinan terjadi
karena jamur tidak muncul keluar sehingga luput saat pemanenan dan menjadi
busuk. Hal ini menyebabkan munculnya ulat. Sebaiknya, ketika melakukan
pemanenan baglog telah dipastikan kebersihannya sehingga tidak ada pangkal atau
batang dan jamur yang tidak terpanen.
Ulat bisa
saja muncul karena rumah kumbung ataupun sekitar kumbung tidak bersih. Misalnya
adanya kandang ternak atau tanaman di sekitar rumah kumbung.
Untuk
mencegah dan mengatasi serangan hama ulat, lakukan pembersihan rumah kumbung
dan sekitar rumah kumbung dengan melakukan penyemprotan racun hama atau racun
insektisida.
Semut,
Laba-laba, dan Kleket (sejenis moluska)
Secara mekanis hama semut dan laba-laba dapat diatasi dengan
membongkar sarangnya dan menyiramnya dengan minyak tanah. Sedangkan secara
kemis hama tersebut dapat dikendalikan dengan penyemprotan insektisida. Cara
ini merupakan cara terakhir dan usahakan untuk menghindari penggunaan
insektisida jika serangan tidak parah karena produk jamur merupakan produk
organik.
PANEN DAN
PASCA PANEN
Pemanenan merupakan kegiatan budidaya yang selalu dinantikan
oleh pelaku usaha. Untuk mendapatkan hasil yang optimal maka penanaman selama
panen dan pasca panen harus dilakukan dengan baik.
Waktu dan
Cara Panen Jamur Tiram
Jamur tiram termasuk jenis tanaman budidaya yang memiliki
masa panen cukup cepat. Panen jamur tiram dapat dilakukan dalam jangka waktu
40-50 hari setelah pembibitan atau
setelah tubuh buah berkembang maksimal, yaitu sekitar 2-3 minggu setelah tubuh
buah terbentuk. Perkembangan tubuh buah jamur tiram yang maksimal ditandai pula
dengan meruncingnya bagian tepi jamur. Kriteria jamur yang layak untuk dipanen
adalah jamur yang berukuran cukup besar dan bertepi runcing tetapi belum mekar
penuh atau belum pecah. Jamur dengan kondisi demikian tidak mudah rusak jika
dipanen. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi ketika produk dipasarkan,
misalnya keseragaman berat dan ukuran jamur tiram.
Penanganan
Pasca Panen Jamur Tiram
Penanganan
yang dilakukan usai pemanenan jamur tiram bertujuan untuk menciptakan hasil
akhir yang berkualitas sehingga sesuai dengan permintaan pasar. Berikut
beberapa tahapan agar produk jamur tiram yang dihasilkan berkualitas baik.
Penyortiran
Jamur yang telah dipanen dilakukan proses sortasi dilakukan untuk mengelompokkan
jamur tiram berdasarkan bentuk dan ukurannya. Hal ini bertujuan untuk
memperoleh hasil yang seragam sehingga akan menarik minat konsumen saat
dipasarkan.
Pengemasan
dan Transportasi Hasil Panen Jamur Tiram
Pengemasan jamur tiram segar biasanya menggunakan plastik
kedap udara. Semakin sedikit udara yang ada di dalam plastik, jamur tiram
semakin tahan lama untuk disimpan. Namun, idealnya penyimpanan dengan plastik
kedap udara hanya dapat mempertahankan kesegaran jamur tiram selama 2-3 hari.
Oleh karena itu, agar jamur tiram segar yang dijual tetap dalam kondisi baik, proses
pengangkutan/transportasi tidak boleh terlalu lama dari proses pengemasannya.
Seandainya jarak pengangkutan cukup jauh, sebaiknya alat transportasi
dilengkapi dengan ruangan berpendingin.